Nyong Clock

widget

Blogroll

Sabtu, 11 Juni 2016

KOTA BANJARMASIN

Lambang Kota Banjarmasin

BANJARMASIN

Kota Banjarmasin adalah ibu kota provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia serta kota terbesar dan terpadat di Kalimantan. Kota ini juga termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan Kota terpadat di luar pulau Jawa.

Banjarmasin yang dijuluki Kota Seribu Sungai ini memiliki wilayah seluas 72 km² yang wilayahnya merupakan delta atau kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 buah pulau kecil (delta) yang dipisahkan oleh sungai-sungai di antaranya pulau Tatas, pulau Kelayan, pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan lain-lain. Berdasarkan data BPS Kota Banjarmasin tahun 2015, Banjarmasin memiliki penduduk sebanyak 675.440 jiwa dengan kepadatan 9.381 jiwa per km².Wilayah metropolitan Banjarmasin yaitu Banjar Bakula memiliki penduduk sekitar 1,9 juta jiwa.

Sejarah

Sejarah Kota Banjarmasin

Kawasan Banjarmasin awalnya sebuah perkampungan bernama "Banjarmasih" (terletak di Bagian utara Banjarmasin). Tahun 1606 pertama kali VOC-Belanda mengunjungi Banjarmasin, saat itu masih terletak di muara sungai Kuin. Kota-kota yang terkenal di pulau Kalimantan pada awal abad ke-18 adalah Borneo (Brunei City), Ноrmata (Karimata), Marudo, Bendamarfin (Banjarmasin), dan Lava (Lawai).[42] Tahun 1747, VOC-Belanda memperoleh Pulau Tatas (Banjarmasin bagian Barat) yang menjadi pusat Banjarmasin semenjak saat itu hingga ditinggalkan Belanda tahun 1809. Tahun 1810 Inggris menduduki Banjarmasin[43] dan menyerahkannya kembali kepada Belanda tahun 1817. Daerah Banjar Lama (Kuin) dan Banjarmasin bagian Timur masih tetap menjadi daerah pemerintahan pribumi di bawah Sultan Banjar dengan pusat pemerintahan di keraton Martapura (istana kenegaraan) hingga diserahkan pada tanggal 14 Mei 1826. Tahun 1835, misionaris mulai beroperasi di Banjarmasin.[44] Tahun 1849, Banjarmasin (Pulau Tatas) menjadi ibukota Divisi Selatan dan Timur Borneo.[45] Saat itu rumah Residen terletak di Kampung Amerong berhadap-hadapan dengan Istana pribadi Sultan di Kampung Sungai Mesa yang dipisahkan oleh sungai Martapura. Pulau Tatas yang menjadi daerah hunian orang Belanda dinamakan kotta-blanda. Ditetapkan dalam Staatblaad tahun 1898 no. 178[6], kota ini merupakan Onderafdeeling Banjarmasin en Ommelanden (1898-1902), yang merupakan bagian dari Afdeeling Bandjermasin en Ommelanden (Banjarmasin dan daerah sekitarnya).[46] Tahun 1918, Banjarmasin, ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad. Pada 1 Juli 1919, Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing. Pada tahun 1936 ditetapkan Ordonantie pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost (Stbld. 1936/68). Borneo Barat dan Borneo Selatan-Timur menjadi daerah Karesidenan dan sebagai Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost yang pusat pemerintahannya adalah Banjarmasin.[47] Tahun 1937, otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin karena Banjarmasin sebagai ibukota Gouvernement Borneo.[48] Tanggal 16 Februari 1942, Jepang menduduki Banjarmasin.[49], kemudian dibentuk pemerintahan pendudukan bagi Borneo & kawasan Timur di bawah Angkatan Laut Jepang.[50] Tanggal 17 September 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu (tentara Australia) yang memasuki Banjarmasin.[51][52] Tanggal 1 Juli 1946 H. J. van Mook menerima daerah Borneo en de Groote-Oost dari tentara pendudukan Sekutu dan menyusun rencana pemerintahan federal melalui Konferensi Malino (16-22 Juli 1966) dan Konferensi Denpasar (7-24 Desember 1946) yang memutuskan pembentukan 4 negara bagian yaitu Jawa, Sumatera, Borneo (Netherlands Borneo) dan Timur Besar (Negara Indonesia Timur), namun pembentukan negara Borneo terhalang karena ditentang rakyat Banjarmasin[53][54][55][56] Tahun 1946 Banjarmasin sebagai ibukota Daerah Banjar satuan kenegaraan sebagai daerah bagian dari Republik Indonesia Serikat. Kotapradja Banjarmasin termasuk ke dalam Daerah Banjar, meskipun demikian Daerah Banjar tidak boleh mencampuri hak-hak dan kewajiban rumah-tangga Kotapradja Banjarmasin dalam daerahnya sendiri.

Pada abad ke-16 muncul Kerajaan Banjar Masih dengan raja pertama Raden Samudera, seorang pelarian yang terancam keselamatannya oleh pamannya Pangeran Tumenggung yang menjadi raja Kerajaan Negara Daha sebuah kerajaan Hindu di pedalaman (Hulu Sungai). Kebencian Pangeran Tumenggung terjadi ketika Maharaja Sukarama masih hidup berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang kelak menggantikannya sebagai raja. Raden Samudera sendiri adalah putra dari pasangan Puteri Galuh Intan Sari (anak perempuan Maharaja Sukarama) dan Raden Bangawan (keponakan Maharaja Sukarama). Atas bantuan Arya Taranggana, mangkubumi negara Daha, Raden Samudera melarikan diri ke arah hilir sungai Barito yang kala itu terdapat beberapa kampung di antaranya kampung Banjar (disebut juga Banjar Masih).


Rumah Banjar Bubungan Tinggi, Rumah Adat Kota Banjarmasin
Sekitar tahun 1520, Patih Masih (kepala Kampung Banjar) dan para patih (kepala kampung) sekitarnya sepakat menjemput Raden Samudera yang bersembunyi di kampung Belandean dan setelah berhasil merebut Bandar Muara Bahan di daerah Bakumpai, yaitu bandar perdagangan negara Daha dan memindahkan pusat perdagangan ke pelabuhan Bandar (dekat muara sungai Kelayan) beserta para penduduk dan pedagang, kemudian menobatkan Raden Samudera menjadi raja dengan gelar Pangeran Samudera. Hal ini menyebabkan peperangan dan terjadi penarikan garis demarkasi dan blokade ekonomi dari pantai terhadap pedalaman. Pangeran Samudera mencari bantuan militer ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, yaitu Kintap, Satui, Swarangan, Asam Asam, Laut Pulo, Pamukan, Pasir, Kutai, Berau, Karasikan, Biaju, Sebangau, Mendawai, Sampit, Pembuang, Kota Waringin, Sukadana, Lawai dan Sambas. Hal ini untuk menghadapi Kerajaan Negara Daha yang secara militer lebih kuat dan penduduknya kala itu lebih padat. Bantuan yang lebih penting adalah bantuan militer dari Kesultanan Demak yang hanya diberikan kalau raja dan penduduk memeluk Islam. Kesultanan Demak dan majelis ulama Walisanga kala itu sedang mempersiapkan aliansi strategis untuk menghadapi kekuatan kolonial Portugis yang memasuki kepulauan Nusantara dan sudah menguasai Kesultanan Malaka.

Sultan Trenggono mengirim seribu pasukan dan seorang penghulu Islam, yaitu Khatib Dayan yang akan mengislamkan raja Banjar Masih dan rakyatnya. Pasukan Pangeran Samudera berhasil menembus pertahanan musuh. Mangkubumi Arya Taranggana menyarankan rajanya daripada rakyat kedua belah pihak banyak yang menjadi korban, lebih baik kemenangan dipercepat dengan perang tanding antara kedua raja. Tetapi pada akhirnya Pangeran Tumenggung akhirnya bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera.

Dengan kemenangan Pangeran Samudera dan diangkutnya rakyat negara Daha (orang Hulu Sungai) dan penduduk Bandar Muara Bahan (orang Bakumpai) maka muncullah kota baru, yaitu Banjar Masih yang sebelumnya hanya sebuah desa yang berpenduduk sedikit. Pada 24 September 1526 bertepatan tanggal 6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah (1526-1550). Rumah Patih Masih dijadikan keraton, juga dibangun paseban, pagungan, sitilohor (sitihinggil), benteng, pasar dan masjid (Masjid Sultan Suriansyah). Muara sungai Kuin ditutupi cerucuk (trucuk) dari pohon ilayung untuk melindungi keraton dari serangan musuh. Di dekat muara sungai Kuin terdapat rumah syahbandar, yaitu Goja Babouw Ratna Diraja seorang Gujarat.

Kerajaan Banjar Masih berkembang pesat, Sultan Suriansyah digantikan anaknya Sultan Rahmatullah 1550-1570, selanjutnya Sultan Hidayatullah 1570-1620 dan Sultan Musta'in Billah 1520-1620. Untuk memperkuat pertahanan terhadap musuh, Sultan Mustainbillah mengundang Sorang, yaitu panglima perang suku Dayak Ngaju beserta sepuluh orang lainnya untuk tinggal di keraton. Seorang masuk Islam dan menikah dengan adik sultan, kemungkinan dia adik dari isteri Sultan, yaitu Nyai Siti Diang Lawai yang berasal dari kalangan suku Biaju (Dayak Ngaju). Tahun 1596, Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten. Hal ini dibalas ketika ekspedisi Belanda yang dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin tanggal 7 Juli 1607.

Pada tahun 1612, armada Belanda tiba di Banjar Masih (Banjar Lama) untuk membalas atas ekspedisi tahun 1607. Armada ini menyerang Banjar Masih dari arah pulau Kembang dan menembaki keraton di sungai Kuin pusat pemerintahan Kesultanan Banjar sehingga kota Banjar (kini Banjar Lama) atau kampung Keraton dan sekitarnya hancur, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjar Masih ke Martapura. Walaupun ibukota kerajaan telah dipindahkan tetapi aktivitas perdagangan di pelabuhan Banjarmasin (kota Tatas) tetap ramai. Menurut berita dinasti Ming tahun 1618 menyebutkan bahwa terdapat rumah-rumah di atas air yang dikenal sebagai rumah Lanting (rumah rakit) hampir sama dengan apa yang dikatakan Valentijn. Di Banjarmasin (kota Tatas) banyak sekali rumah dan sebagian besar mempunyai dinding terbuat dari bambu (bahasa Banjar: pelupuh) dan sebagian dari kayu. Rumah-rumah itu besar sekali, dapat memuat 100 orang, yang terbagi atas kamar-kamar. Rumah besar ini dihuni oleh satu keluarga dan berdiri di atas tiang yang tinggi. Menurut Willy, kota Tatas (kini Banjarmasin Tengah di sungai Martapura) terdiri dari 300 buah rumah. Bentuk rumah hampir bersamaan dan antara rumah satu dengan lainnya yang dihubungkan dengan titian. Alat angkutan utama pada masa itu adalah jukung atau perahu.

Selain rumah-rumah panjang di pinggir sungai terdapat lagi rumah-rumah rakit yang diikat dengan tali rotan pada pohon besar di sepanjang tepi sungai. Kota Tatas (kini Banjarmasin) merupakan sebuah wilayah yang dikelilingi sungai Barito, sungai Kuin dan Sungai Martapura seolah-olah membentuk sebuah pulau sehingga dinamakan pulau Tatas. Di utara Pulau Tatas adalah Banjar Lama (Kuin) bekas ibukota pertama Kesultanan Banjar, wilayah ini tetap menjadi wilayah Kesultanan Banjar hingga digabung ke dalam Hindia Belanda tahun 1860. Sedangkan pulau Tatas dengan Benteng Tatas (Fort Tatas) menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda yang sekarang menjadi pusat kota Banjarmasin saat ini. Nama Banjarmasih, oleh Belanda lama kelamaan diubah menjadi Banjarmasin, namun nama Banjarmasin biasanya mengaju kepada kota Tatas di sungai Martapura, sedangkan nama Banjar Masih mengacu kepada Banjar Lama di sungai Kuin. Kota Banjarmasin modern merupakan aglomerasi pulau Tatas (kota Tatas), Kuin (Banjar Lama) dan daerah sekitarnya.

Kesultanan Banjar dihapuskan Belanda pada tanggal 11 Juni 1860, merupakan wilayah terakhir di Kalimantan yang masuk ke dalam Hindia Belanda, tetapi perlawanan rakyat di pedalaman Barito baru berakhir dengan gugurnya Sultan Muhammad Seman pada 24 Januari 1905. Kedudukan golongan bangsawan Banjar sesudah tahun 1864, sebagian besar hijrah ke wilayah Barito mengikuti Pangeran Antasari, sebagian lari ke rimba-rimba, antara lain hutan Pulau Kadap Cinta Puri, sebagian kecil dengan anak dan isteri dibuang ke Betawi, Bogor, Cianjur dan Surabaya, sebagian mati atau dihukum gantung. Sementara sebagian kecil menetap dan bekerja dengan Belanda mendapat ganti rugi tanah, tetapi jumlah ini amat sedikit.

Letak Kota Banjarmasin

Kota Banjarmasin terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi daerah kuala sungai Martapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Letak Kota Banjarmasin nyaris di tengah-tengah Indonesia.

Kota ini terletak di tepian timur sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura yang berhulu di Pegunungan Meratus. Kota Banjarmasin dipengaruhi oleh pasang surut air laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan.

Menurut data statistik 2001 dari seluruh luas wilayah Kota Banjarmasin yang kurang lebih 98,46 km² ini dapat dipersentasikan bahwa peruntukan tanah saat sekarang adalah lahan tanah pertanian 3.111,9 ha, perindustrian 278,6 ha, jasa 443,4 ha, permukiman adalah 3.029,3 ha dan lahan perusahaan seluas 336,8 ha. Perubahan dan perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan pertambahan kepadatan penduduk dan kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan teknologi.

Pembagian Wilayah Kota Banjarmasin

Kota Banjarmasin terdiri atas 5 kecamatan, yaitu:

  1. Banjarmasin Barat: 13,37 km² 
  2. Banjarmasin Selatan: 20,18 km²
  3. Banjarmasin Tengah: 11,66 km²
  4. Banjarmasin Timur: 11,54 km²
  5. Banjarmasin Utara: 15,25 km²


Suku bangsa

Kehidupan masyarakat Banjar di Sungai Martapura tempo dulu.

Pemilihan Nanang Galuh Banjar Kota Banjarmasin 2013
Mayoritas penduduk kota Banjarmasin berasal dari etnis Banjar (79,12%). Penduduk asli yang mendiami Banjarmasin adalah orang Banjar Kuala yang memiliki budaya sungai dengan interaksi masyarakat yang sangat kuat terhadap sungai. Di Banjarmasin juga banyak terdapat orang Banjar Pahuluan yang berasal dari Banua Anam serta orang Banjar dari daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan.

Etnis minoritas terbesar yang cukup mudah ditemui di Banjarmasin yaitu etnis Jawa (10,72%) dan Madura (2,42%). Orang Jawa di Banjarmasin tersebar di hampir semua kawasan dan umumnya telah membaur dengan orang Banjar, sedangkan orang Madura lebih mengelompok dengan mendiami beberapa kantong permukiman Madura di Banjarmasin seperti di Kampung Gadang, Pekapuran, Kelayan dan Pasar Lama. Seperti di kota besar pada umumnya, di Banjarmasin juga terdapat pemukiman keturunan Tionghoa (di Jl. Veteran dan Jl. AES Nasution) dan Arab (di Kampung Arab Jl. Antasan Kecil Barat). Etnis-etnis lainnya yang terdapat di Banjarmasin yaitu etnis Bugis (dari Tanah Bumbu dan Kotabaru), Dayak (dari Bakumpai, Meratus dan Kalimantan Tengah), Sunda, Batak dan lain-lain.

Penguasa

Daftar Penguasa/Pemimpin Kota Banjarmasin

Penguasa Banjarmasin semula adalah patih (kepala desa), setelah menjadi Kesultanan adalah Sultan Banjar, setelah perpindahan ibukota kerajaan ke Martapura, pelabuhan Banjarmasin di bawah otoritas Putera Mahkota atau adik Sultan Banjar, dan setelah dikuasai Belanda, Banjarmasin di bawah Residen Belanda.


  1. Ronggo (kepala pribumi) Banjarmasin Raden Tumenggung Suria Kasuma dan panakawannya (foto oleh Hendrik Veen, 1913)
  2. Penguasa Kota Banjarmasin:[25]

  3. Patih Masih, kepala kampung Banjarmasih (Kuin Utara)
  4. Sultan Suriansyah, Sultan ke-1, berkedudukan di Kuin
  5. Sultan Rahmatullah, Sultan ke-2, berkedudukan di Kuin
  6. Sultan Hidayatullah, Sultan ke-3, berkedudukan di Kuin
  7. Sultan Mustain Billah, berkedudukan di Kuin
  8. Sultan Agung, berkedudukan di Sungai Pangeran
  9. Pangeran Abdullah bin Sultan Muhammadillah, Putra Mahkota
  10. Pangeran Dupa, Putra Mahkota[26]
  11. Jan van Suchtelen (1747-1752), residen Belanda di Tatas
  12. Bernard te Lintelo (1752-1757), residen Belanda di Tatas
  13. R. Ringholm (1757-1764), residen Belanda di Tatas
  14. Lodewijk Willem de Lile (1760-1764), residen Belanda di Tatas[27]
  15. Willem Adriaan Palm (1764-1777), residen Belanda di Tatas
  16. Piter Waalbek (1777-1784), residen Belanda di Tatas
  17. Barend van der Worm (1784-1787), residen Belanda di Tatas
  18. Alexander Hare (1812), Resident-Comissioner Inggris di Tatas[28][29]
  19. C. L. Hartmann[30]
  20. I.N. Nieuwen Huyzen (1860), residen Belanda di Tatas
  21. C.C. Tromp. (mulai 11 November 1870).[31]
  22. Ronggo 1860: Pangeran Toemenggoeng Tanoe Karsa
  23. Ronggo 1898: Kiahi Mas Djaja Samoedra
  24. Ronggo 1913: Raden Toemenggoeng Soeria Kasoema
  25. C.A. Kroesen (1898), residen Belanda di Tatas
  26. C.J. Van Kempen (1924), residen Belanda di Tatas. Mulai tahun 1919 Banjarmasin memiliki Burgemester (Walikota)
  27. J. De Haan (1924-1929), residen Belanda di Tatas
  28. R. Koppenel (1929-1931), residen Belanda di Tatas
  29. W.G. Morggeustrom (1933-1937), residen Belanda di Tatas


Makanan Khas Kota Banjarmasin

1. Soto Banjar

Soto, bagaimanapun juga adalah menu yang paling umum ditemukan di seantero Indonesia Raya, termasuk di Kalimantan Selatan. Soto Banjar namanya.Namun, berbeda dengan beberapa daerah di Indonesia, Soto Banjar tidak menggunakan nasi, melainkan menggunakan ketupat.
Salah Satu Keunikan Kuliner satu Ini adalah, kebiasaan menikmati Soto Banjar sembari diiringi dengan sate.

Secara umum, Soto Banjar ini ada dua macam, yang sederhananya bisa dibedakan dari tampilan kuahnya. Yakni Soto Banjar yang kuahnya “agak keruh” dan Soto Banjar yang nampak bening ning. Kalau yang keruh itu pakai tambahan susu atau creamer.

2.Ketupat Kandangan

Kuliner satu ini agak unik gan karena bukan asli banjarmasin,kuliner ini berasal dari kota Kandangan Kalimantan Selatan,tapi di Banjarmasin sendiri terkenal sebagai makanan khas Ketupat kandangan terbuat dari Beras yang dijadiin ketupat dengan cara dimasukkin kedalam anyaman daun kelapa terus dikukus.Lauknya sendiri biasanya pake ikan gabus yang dibakar atau telur rebus..Kuahnya pake kuah santan ,pake telor.

3. Bingka Barandam

Secara Harfiah arti dari BINGKA BARANDAM adalah Bingka yang direndam.. Karena penyajiannya direndam dalam air gula, Bingka Barandam adalah salah satu jenis Kuliner Kalimantan Selatan, terbuat dari bahan utama tepung & telur serta dinikmati dengan menggunakan air gula. Maka tentu saja akan terasa manis. Biasanya banyak dijumpai di bulan puasa, Ini adalah jenis makanan penutup/dessert.

4. Nasi Itik Gambut

Nasi itik gambut dinamakan sesuai salah satu daerah di Bajnarmasin,Kuliner ini memakai lauk itik/bebek,Biasanya pake masak habang/bumbu bali,Rasanya gurih apalagi rasa khas dari daging itik itu sendiri.

5. Apam barabai

Apam barabai adalah kue basah yang dibuat dari tepung beras, santan, gula merah/putih, dan tape singkong. Makanan ini bentuknya bulat dan tipis, berwarna merah

kecoklatan atau putih. Teksturnya sangat lembut, sehingga enak dilidah.Yang berwarna merah kecoklatan, gula yang digunakan adalah gula merah, sehingga rasanya sangat khas, gurih dan manis, aromanya pun memiliki aroma yang kuat dari gula aren. Yang warna putih pun tak kalah enak, rasanya juga manis, orang yang kurang suka aroma dan rasa gula merah bisa memilih apam yang putih ini.

6. Iwak Karing Telang Masak Asam

Telang, adalah nama ikan asin yang populer di Kalimantan Selatan. Pengolahan yang paling sederhana adalah dengan cara di goreng. Paling pas (bagi admin pribadi) adalah dicampur dengan sayur bening waktu makannya, siang hari pula.Selain itu, yang juga nikmatnya bukan buatan adalah Masak Asam Telang. Sebagaimana gambar di atas. Cuma yang harus diperhatikan adalah tingkat keasinannya supaya pas. Beberapa orang memiliki teknik berbeda dalam mengolah Masak Asam Telang ini, tapi tetap saja, nikmat.

7. Gangan Asam Banjar

Sayur berkuah asam alias gangan asam menjadi menu khas dalam khazanah kuliner urang Banjar. Gangan ini biasanya disertai lauk berupa haruan (gabus) atau patin. Di banua kita, sayur asam ini dikenal dengan sebutan gangan asam.Kuah bersayur dengan warna kuning dan rasa agak asam, sesuai namanya ini, banyak disukai masyarakat Banjar dan warga pendatang. Paduan antara gurih, asam dan segar sangat menggugah selera. Apalagi jika bersantap siang hari, sepiring nasi diguyur dengan gangan asam, begitu sedap rasanya. Biasanya pula gangan asam dicampur dengan sayur dan lauk berupa ikan haruan atau patin.

8. Kelelepon Martapura

Terkenal dengan semboyan Pacah di ilat yang artinya pecah di lidah tanpa perlu digigit Kelelepon adalah salah satu makanan khas Banjar, khususnya di Kota Martapura Kab. Banjar kelelepon sudah menjadi ikon kota berjuluk serambi mekah ini. Ada suatu tempat dimana kita dapat dengan mudah mendapatkan kelelepon, sebut saja “Lampu merah Sekumpul” di sana akan ditemui.

9. Manday

 Sebagiannya menyebutnya dengan nama jaruk mandai. Mandai berasal dari kulit nangka, kulit Tiwadak (cempedak), kulit Tarap, ketiga buah ini membunyai bentuk buah kulit yang sama. Nangka dan tiwadak yang kulitnya biasanya hanya dibuang percuma setelah diambil bijinya untuk dimakan namun bagi urang Banjar kulit-kulit ini diolah kembali dan dijadikan kuliner yang menggiurkan.Kulit dari buah yang sudah matang dibersihkan kulit dari luarnya, daging kulit berserta daging yang menjuntai pengikat buah diambil, kemudian di taburi dengan garam dan didiamkan beberapa hari sampai garam itu meresap, setelah itu sudah siap untuk di buat bahan masakan. Biasanya kulit ini dapat tetap disimpan selama beberapa bulan dalam cairan garam.
Namun khusus kulit cempedak yang hanya dapat di dapatkan pada musim-musim tertentu bisa disimpan sampai satu tahun lebih didalam botol cairan garam, karena semakin lama disimpan akan semakin terasa enak ketika dibuat masakah. Selanjutnya adalah buah tarap yang hanya bisa didapatkan pada musimnya saja, buah tarap mentah harus direbus dulu, baru kemudian dibersihkan, sesudah itu baru digarami seperti juga buah nangka dan cempedak.
Mandai biasanya tidak dijual dipasaran, karena bisa dibuat sendiri dirumah, tapi khusus untuk mandai dari kulit nangka muda ada pembuatan khusus dengan cuka yang hanya bisa ditemukan di pasar-pasar traditional barabai, sayangnya mandai dari kulit nangka muda ini hanya dapat bertahan satu minggu.


Objek Wisata

Kota Banjarmasin memiliki berbagai objek wisata, baik wisata alam, wisata sejarah, wisata kuliner, maupun wisata pendidikan, diantaranya :

  1. Festival Budaya Pasar Terapung
  2. Masjid Sultan Suriansyah (1526) terletak di tepi Sungai Kuin.
  3. Komplek Makam Sultan Suriansyah
  4. Komplek Makam Pangeran Antasari
  5. Museum Wasaka
  6. Kubah Surgi Mufti
  7. Pasar Terapung Muara Kuin di muara Sungai Kuin, salah satu anak Sungai Barito.
  8. Pasar Terapung Lok Baintan
  9. Taman Agro Wisata PKK Banjar Bungas
  10. Patung Bekantan
  11. Menarang pandang siring
  12. Kawasan industri kayu rakyat di Kelurahan Alalak Selatan-Tengah
  13. Taman Siring Sungai Martapura yang terletak di tengah kota Banjarmasin, berseberangan dengan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.


Lagu Daerah

  1. Kampung Batuah
  2. Talambat Badatang
  3. Pangeran Suriansyah
  4. Banua Banjar
  5. Pambatangan



Sekian dari saya mengenai pembahasan tentang Kalimantan Selatan khusus nya Pembahasan mengenai Kota Banjarmasin, semoga bermanfaat dan maaf apabila dalam penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. serta terima kasih untuk sebagian besar sumber tulisan yang saya kutip dan tidak bisa dituliskan satu persatu.


M Fahri Maulana



0 komentar

Posting Komentar